Sejarah
Sejarah GKPB Suluh Kasih
GKPB Jemaat Suluh Kasih Tibubiu Merupakan bagian dari Gereja Kristen Protestan di Bali (GKPB). Berdiri pada 7 Agustus 1984 dan berada di Desa Tibubiu, Kerambitan, Tabanan.
Pada tanggal 20 Januari 1987 membeli tanah tempat gedung Gereja Kristen Protestan di Bali Jemaat Tibubiu, seluas 10 are. Harga per are Rp. 300.000,- Seluruhnya dibeli dengan harga Rp. 3.000.000,- (Tiga Juta Rupiah). Sertifikat Tanda Bukti Hak Milik a/n I Wayan Kandiyasa (Karena Gereja belum boleh memiliki hak Milik Tanah), Nomor 113, Desa Tibubiu, Tanggal 23 September 1987. Pada tanggal 5 Februari 1987, Rapat pertama Pengurus Gereja yang sekaligus sebagai Panitia Pembangunan Gedung Gereja. Dilanjutkan dengan rapat ke dua pada tanggal 21 Februari 1987. Waktu ini Pdt. I Nengah Ripa, S.Th. dan Bendahara Sinode, bapak Pdt. Drs. I Wayan Sudira Husada ikut serta begitu pula Vikaris I Gusti Putu Rai Nadi, S.Th. Pdt. I Nengah Ripa, STh. menyampaikan bahwa kayu Kap dan genteng bekas Gedung Gereja di GKPB “Merta Urip” Lukluk bisa dipakai di bangunan baru disini, Kebetulan Jemaat di Lukluk sedang merenovasi bangunan gedung Gerejanya.
Gedung Gereja pertama dibangun adalah tempat ibadah saja menggunakan kap dan
genting bekas gedung gereja dari GKPB “Merta Urip” Lukluk. Menurut penuturan warga
Jemaat, Pan Suweni dibantu oleh Pan Titib, bertanggungjawab dalam pembangunan Fisik
Gedung. I Wayan Kandiyasa (pan Sudarma) bertanggungjawab dalam hubungan dengan ke
Pemerintahan dan lingkungan masyarakat desa Tibubiu. Bangunan awalnya hanya untuk
gedung ibadah saja.
Sejalan dengan Pembangunan fisik Gedung, Secara organisasi/ lembaga, Jemaat dan
Gedung Gereja ini terdaftarkan di Pembimas Kristen, Kanwil Departemen Agama Propinsi
Bali dengan nomor: Ww/ E/ BA 01,1/ 23../1033./ 1998, Tanggal 11 Juni 1998.
Ditandatangi oleh Pembimas Kristen Protestan. David Ph. Soleman, SE.
Renovasi bangunan pertama dilakukan pada tahun 1999, berupa penggantian kap,
usuk dan genting. Dengan modal awal dimiliki oleh Jemaat sebesar Rp.3.500.000.
Selanjutnya Jemaat menggali dana dari persembahan hasil kebun yang dilelang setiap hari Minggu sesudah ibadah. Panitia
menggali dana dengan menjual lukisan
kepada anggota Gereja yang tinggal di
Badung dan di Denpasar. Mereka yang
mendonasi dengan membeli lukisan
antara lain, adalah: 1). Bapak Kayun (
pemilik Swalayan di Krobokan dan
Legian), 2). Pdt. I Ketut Suyaga Ayub, 3).
Pdt. I Gde Eka Santosa, 4). Bpk. I Wayan
Pegug (Pemilik CV. Christina, Lukuluk),
5. Bpk I Wayan Risna, 6. Bpk. Gusti Putu
Arya (Pemilik Toko Kawan di Tabanan).
Kita bersyukur renovasi berjalan lancar, menghabiskan biaya 37 juta. Masih tersisa 3,5 juta.
Pada tahun 2013, atas mandat keputusan Rapat Jemaat tahun 2012. Ditetapkan
Pembangunan Gedung Serbaguna, dan Penambahan Ruang Kosistori (Ruang Majelis),
Pembangunan tembok pagar sebelah selatan Gedung Serbaguna. Bagian Gedung Gereja
direnovasi bagian tembok altar, ruang doa digeser ke selatan lagi 3 meter dan penambahan
ruangan musik di sebelah barat sehingga
ruangan ibadah menjadi lebih luas.
Penambahan layar LED, AC dan Sound
Sistem sehingga lebih baik. Biaya
pembangunan dan Renovasi serta
kelengkapannya kurang lebih sebesar
140 Juta rupiah dana dari Kas Jemaat,
sumbangan warga Jemaat dan dari
Donatur lewat Proposal. Karpet Merah di
ruangan ibadah persembahan dari
keluarga I Made Murda (Pak Wahyu, di
Pasut). Bangunan Gedung Serbagunanya berstruktur lantai 3, tahap awal diselesaikan bagian lantai 1 (dasar) dan bagian dapur dan
tangga naik ke lantai 2. Ruangan ini berfungsi untuk ruangan Sekolah Minggu dan Kegiatan
Ibu-ibu dan kategorial lainnya. Bangunan dan Renovasi ini disermikan dan diberkati oleh
Bishop Dr. I Ketut Siaga Waspada pada 29 Agustus 2013.
Pada tahun 2017 GKPB Jemaat “Suluh Kasih”, Tibubiu mendapat bantuan dari
Pembimas Kristen, Kanwil Agama Provinsi Bali, Bapak Pdt. Januar Simatupang, S.Pak.(alm.)
sebesar 50 juta rupiah. Bantuan/ hibah ini dipergunakan untuk melengkapi fasilitas
penunjang tempat ibadah, antara lain: 1). Service bangku duduk yang rusak- rusak, 2).
Pembuatan jalan/ tangga dan Reling di sisi timur Gedung Gereja untuk para lansia dan
penyandang disabilitas. 3). Penambahan AC di ruang ibadah dan di Ruang Majelis Jemaat
(Konsistori). 4). Pembuatan wastafel, Perbaikan kamar mandi (kloset duduk untuk para Lansia).
5). Penyediaan tempat sampah di halaman gedung.
Pembinaan Rohani dan Nama Jemaat GKPB Suluh Kasih
Pada tahap awal pembinaan Rohani di GKPB Tibubiu dibantuan dari Program P3 J
(Perintisan, Pembangunan Pendiriian Jemaat) dari LEPKI (Lembaga Pelayanan Kristen) di
Malang. Lepki kerjasama dengan GKPB c/q. Bapak Bendahara Sinode. Program ini hanya
berjalan setahun lamanya tahun 1986. Ada 3 calon Jemaat GKPB yang dapat, yakni: Pos PI
GKPB Sega di Bunutan, Pos PI GKPB Katung yang ditangi dari Bangli lewat Pdt. I Made
Nambrud dan Pos PI Tibubiu ditangani oleh Pdt. I Nengah Ripa dari Lukluk. Dananya
bantuannya sangat kecil jumlahnya, penulis sudah lupa berapa itu?. Setiap tiga bulan sekali
membuat laporan kegiatan dan keuangannya ke Lepki via Sinode GKPB. Pernah sekali
diadakan pelatihan/ kursus di Kantor LEPKI di Malang, diikuti oleh Pdt. Penanggungjawab,
dan seorang dari Pos PI yang bersangkut. Bantuan untuk Pos PI Tibubiu, waktu itu dipakai
untuk membuat stempel surat, beberapa buah bangku duduk jemaat beribadah, meja/
mimbar kecil dan membeli beberapa buah Alkitab (PL+ BP) untuk warga Jemaat. Pada waktu
ada Pembinaan Pengurus P3J jemaat di LEPKI Malang, dari Dirjen Bimas Kristen di Jakarta
membagikan buku kecil kepada peserta, buku berjudul Pancaran Kasih. Isinya berupa
kesaksian-kesaksiann Jemaat binaan P3J. Terinfirasi dari buku ini dan info dari bapak I Nengah Mutra, anggota gereja dari Tanguntiti yang mengatakan: “Dia bersaksi kepada I
Wayan Kandiyasa (alias Pan Sudarma/Kakek Dena) bahwa dari tempat tinggal saya di
Tanguntiti, Saya melihat di sekitar Tibubiu ada lampu penerangan seperti pertunjukan
sirkus, sangat terang sekali”. Dengan memahami situasi dan kondisi di desa Tibubiu
dimana masyarakatnya suka mencari belut (lindung) dengan menggunakan lampu petromak
istilah Balinya “Nyuluh”. Maka Bapak I Wayan Kandiyasa mengusulkan kepada warga
Jemaat bahwa nama Jemaat Tibubiu ini adalah GKPB Jemaat “Suluh Kasih” Tibubiu.
Jemaat menyetujuinya. Diharapkan agar anggota Jemaat “Suluh Kasih”, mampu memberi
terang/ menjadi terang seperti orang “nyuluh” dengan membawa terang Kristus. Masyarakat
yang melihat kesaksiannya hidup Jemaat ini menjadi terberkati oleh Kasih Kristus. Seperti
perkataan Tuhan Yesus Kristus: “Akulah terang dunia, barang siapa mengikuti Aku, ia
tidak akan berjalan di dalam kegelapan, melainkan ia akan mempunyai terang hidup”.
Yohanes 8:12.
Organisasi Gereja (Majelis Jemaat dan Pengurus BPI)
Untuk mengurus Jemaat diangkatlah Majelis Jemaat (Pengurus Pos PI) pertama yang
diketuai oleh I Wayan Kandiyasa (alias Pan Sudarma), Sekretaris: I Wayan Wijana (Pan Sweni).
Bendahara: I Made Sutama (alias pak Agus). Karena I Gusti Ketut Marya sempat transmigrasi
ke Sumatra, pada tahun 1984 dan kembali pada tahun 1991, praktis yang diajak oleh warga
Jemaat menangani Jemaat GKPB di Tibubiu adalah Pak Wayan Kandiyasa dengan kawan-
kawan lainnya.
Pada tanggal 1 Februari 1987, GKPB Jemaat Tibubiu digabungkan dengan GKPB
Jemaat Selabih dan GKPB Jemaat Lalanglinggah. Dengan Pendeta Jemaat di Jemaat
gabungan yang baru ini adalah Pdt. I Gusti Putu Rai Nadi, S.Th. ibadah di Tibubiu pukul 13.00
(jam 1 siang). Dengan GKPB Jemaat “Merta Urip” di Lukluk, lepas secara Organisasi ke
Jemaatatan. Selanjutnya sempat juga bergabung dengan GKPB Jemaat Bongan dan
Sudimara dan Kaba-kaba, Sempat hanya dengan Jemaat Bongan dan Sudimara. Pada tahun
1999 Jemaat Tibubiu bersama Sinode GKPB mendirikan BPI Braban. BPI Braban berkembang ke BPI Kelecung. Semula BPI Kelecung beribadah di Beraban, karena situasi tidak boleh
beribadah dilain desa Pakeraman, maka warga dari BPI Kelecung membuka ibadah di
Kelecung khusus untuk warga Kelecung. Pada awal tahun 2000 sampai tahun 2010, BPI
Braban dan BPI Kelecung bergabung dengan BPI Bajra dan Wanagiri, Lalanglinggah, Selabih,
karena secara teritorial/ geografis Beraban dan Kelecung termasuk Kecamatan Selemadeg
Timur. Sedangkan desa Tibubiu termasuk Kecamatan Kerambitan. Pada awal tahun 2010, BPI
Braban dan PBI Kelecung kembali bergabung ke GKPB “Suluh Kasih” di Tibubiu.